wdcfawqafwef

Kamis, 06 November 2014

Jembatan Pena: IBU BUTA YANG MEMALUKANKU (Kisah Sedih Yang Mengha...

Jembatan Pena: IBU BUTA YANG MEMALUKANKU (Kisah Sedih Yang Mengha...: Saat aku beranjak dewasa, aku mulai mengenal sedikit kehidupan yang menyenangkan, merasakan kebahagiaan memiliki wajah yang tampan, kebaha...

Jembatan Pena: Lima Kalinya Ibu Berbohong Kepadaku

Jembatan Pena: Lima Kalinya Ibu Berbohong Kepadaku: Kisah dari seorang sahabat yang menginspirasi...... Aku dan ibu tinggal di pinggiran kota Jakarta. Kami hidup sangat sederhana. S...

Senin, 06 Oktober 2014

Jalan Panjang Menuju Sawarna

Sekitar bulan November 2013 lalu, Ane dan teman2 berniat untuk berlibur di pantai Sawarna, di daerah Bayah, Banten. Niatan ini sebenarnya sudah dipersiapkan jauh2 hari ( karena udah rutin gan, kita biasanya tiap taun ngadain liburan bareng ), tapi baru bisa terealisasi di bulan November, maklum untuk nyari libur bareng susahnya minta ampun, ada aja kendalanya ( sok sibuk dikit gan..he..he.. ). Setelah Ane tanya Google Map dan referensi dari orang2 yg pernah kesono, akhirnya disepakati Rute yang akan kita lalui adalah Tangerang-Rangkasbitung-Gn.Kencana-Malingping-Bayah, karena menurut info yang belum tentu dapat dipercaya (becanda gan...) untuk jalur tsb jalannya relatif lebih baik ketimbang lewat jalur Tangerang-Serang-Pandeglang-Saketi-Malingping-Bayah.
Berhubung ada 1 temen yg tinggalnya di daerah Tigaraksa, maka rute Tangerang menuju Rangkasbitung akan lewat tigaraksa-maja ( sekalian jemput gan, biar temen ane gak bolak-balik gan).

Saat yang dinantipun tiba, sabtu 30 November 2013, tepat pukul 07.00 kami ber-7 berangkat dari Tangerang + 1 orang dari Tigaraksa dengan menggunakan 1 mobil Toyota Avanza ( kebayang gak gan 1 mobil isi 8 orang...sesek banget di dalem..), tapi kami tetap semangat 45 menuju Sawarna.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang dari Tigaraksa melewati padang golf takara menuju ke jalan raya Tenjo. Kok Tenjo gan..? Ya...kita sadar rute yang diambil salah, harusnya kita lewat jln. raya Maja bukannya Tenjo, tapi temen Ane bilang, tenang aja nanti didepan ada jalan menuju jln. raya Maja.Ane iyain aja, lagian temen ane juga pegang GPS..

Setelah 1 jam perjalanan, kita sampe disebuah pertigaan, dan ternyata itu adalah pertigaan Jasinga. Usut punya usut, ternyata temen ane yg pegang GPS tadi ketiduran + GPS nya mati abis battere, so jalan kearah maja tidak ketemu, alhasil mobil melaju lurus sampe Jasinga. Kita tidak patah semangat gan...walaupun nyasar ke Jasinga, toh masih bisa ke Rangkasbitung via Jasinga - Cipanas, walaupun kita rugi dari segi waktu

Dari Jasinga menuju Cipanas jalan sangat mulus, sepertinya aspalnya baru. Sebelah kanan di dominasi kebun sawit, dan sebelah kiri lembah yg cukup dalam. Dengan arus lalu lintas yang sepi, mobil bisa melaju dengan cukup kencang, tapi lewat jalur ini harus hati2 karena banyak tikungan tajam. kita sesekali berpapasan dengan bis jurusan Rangkasbitung - Jasinga, angkot berwarna biru ( gak tau trayeknya gan ) dan juga para bikers.

Sekitar 45 menit, kami tiba di pertigaan Pasar Gajrug, Ane liat marka jalan menunjukan lurus arah Rangkasbitung, dan belok kiri menunjukan arah Muncang, Ciminyak. Mobil berhenti di Indomart sekedar untuk membeli cemilan, karena pas berangkat tadi gak ada yang sempet beli gan. Iseng-iseng nanya bapak2 warga situ, arah ke Malingping enaknya lewat Rangkasbitung atw Ciminyak. Si bapak nyaranin kalo mau ke Malingping mending lewat Ciminyak > Ciboleger > tembus Gn.Kencana, daripada lewat Rangkasbitung waktunya akan tambah lama.

Setelah kita berdiskusi, akhirnya kita memutuskan untuk lewat rute Ciminyak. Mobilpun kemudian berbelok kekiri ke arah Ciminyak. Jalur yang dilalui cukup sepi, dengan keadaan jalan yang bervariasi, kadang2 ketemu jalan yang mulus, dan tak jarang melewati jalan berbatu dan berlubang. Sekitar setengah jam, kita sampai di desa Ciminyak, perjalanpun dilanjutkan menuju Gunung Kencana.

Kiri kanan jalan hutan dan sesekali masih menemukan pemukiman warga. Sesekali juga kita masih berpapasan dengan kendaraan lain, baik roda dua maupun roda empat. Disebuah turunan, kita berhenti sebentar untuk istirahat, temen ane ada yang kebelet kencing gan, dan ada juga yang pengen menghirup udara segar sambil foto2 katanya ( Narsis dulu gan )

Ini yang kebelet kencing gan..Bro Dedy ( pake jaket )
Narsis rame2 gan
Dari kiri ke kanan : Mas Fauzi, Ane, Pakde Yatno ( pake topi ), Pak Partono ( Leader + driver )
Belakang : Pak Sukri, Fajar, Mas Warjiy ( pake topi )
Masih ketemu bikers gan...
Ane ama bro Dedy narsis dulu.....tapi siapa tuh dibelakang...???
Setelah istirahat dirasa cukup, kita kembali melanjutkan perjalanan. Tikungan tajam, tanjakan dan turunan curam, serta jalan berlobang, mewarnai perjalanan kita gan.Semakin jauh kedalam, jalanan semakin sepi dan menyempit. Tak ada tanda tanda-tanda dari pengendara lain melewati jalur ini. Dalam hati Ane bertanya-tanya, apa benar ini jalan yang harus dilewati ? tapi berhubung jalan yang dilalui hanya satu-satunya, so kita jalan terus walaupun peradaban sepertinya sudah hilang ditempat ini. Sepanjang perjalanan hanya hutan yang terlihat dengan tebing dikanan jalan dan jurang yang cukup dalam di sebelah kiri jalan.

Dikarenakan tidak ada marka jalan ( masa gan dihutan ada marka jalan..) dan GPS yang kita andalkan sudah almarmahum sejak di Jasinga tadi, maka jalan satu-satunya sebagai petunjuk arah adalah insting dan diskusi ( karena mau nanya juga gak ada orang gan ). Jadi, setiap ketemu persimpangan, kita berhenti dulu, berdiskusi menentukan arah mana yang akan dilalui. Alhasil mobilpun melaju tanpa tau arah mana yang benar menuju gn. kencana.

Secercah harapan muncul, ketika kita sampai di sebuah perkampungan. Mobil pun melaju menuju kedalam perkampungan yang entah apa nama kampungnya itu. Semakin kedalam, semakin banyak persimpangan yang membuat kita bingung. Akhirnya kita bertanya ke warga disitu yang kebetulan abis pulang dari kebun. Satu hal yang bikin Ane salut dari dulu sampai sekarang, adalah keramahan warga kampung yang mau menjelaskan secara detail apa yang kita tanya walaupun mereka dalam keadaan capek, dan gak bosan2nya menjelaskan arah yang kita tanya, padahal kita nanyanya berulang-ulang karena kurang paham arah yang ditunjukan itu.

Info yang didapat dari warga kampung itu menyebutkan, kita sudah salah arah masuk ke kampung itu, jadi kita harus putar balik keluar perkampungan, kemudian belok kanan dijalur kita masuk tadi dan ada satu patokan arah yang ditunjukan, yaitu kalo nanti ketemu pertigaan yang ada Penjual Gorengan, ambil arah kiri.

Sesuai petunjuk warga tadi, kita pun putar balik arah keluar perkampungan setelah sebelumnya kita mengucapkan terimakasih sama warga tsb. Mobil melaju pelan karena kondisi jalan yang sempit dan banyak jalan berlubang. Setelah keluar kampung, mobil belok kanan, dan mulailah kita melakukan pencarian si Penjual Gorengan yang mangkal dipertigaan jalan. Karena hanya itulah patokan arah satu-satunya yang kita pahami.

Entah sudah berapa pertigaan dan perempatan yang telah kita lewati, tapi si Penjual Gorengan belum tampak, apakah hari itu dia sedang tidak berjualan karena suatu hal, atau Dia sedang keliling perkebunan karet untuk menjajakan gorengannya ke penyadap karet, atau bahkan yang Ane khawatirkan, Dia sudah berpindah haluan dari seorang Penjual Gorengan jadi Penjual Batu Akik (he..he..becanda.. sekarang kan lagi ngetrend gan..)

Kekhawatiran Ane sepertinya tidak terjadi, karena disetiap pertigaan, kita tidak menemukan Penjual Batu Akik, tapi kekhawatiran itu berganti karena kita juga tidak menemukan si Penjual Gorengan. Alhasil kita pun kembali berjalan tanpa arah yang pasti. Mobil kadang berjalan dengan kecepatan sedang dan tak jarang pula berjalan lambat, karena kondisi jalan yang kadang bagus dan tak jarang pula jalanan yang dilewati hanya tinggal batuan dan tanah dengan view kiri-kanan jalan perkebunan karet. Beruntung waktu itu musim kemarau, tidak kebayang kalau musim hujan, apa bisa mobil yang kita pakai melewati jalur itu.

jalan yang masih cukup bagus
jalan yang tinggal batuan aja
jalan tanah
jalan tanah
Cukup lama kita melalui trek seperti itu, sampai akhirnya menemukan bangunan yang mirip sebuah gudang, dan ternyata memang sebuah gudang penyimpanan pupuk, dan disitu terdapat banyak orang yang sedang istirahat setelah mengambil hasil sadapan karet. Kitapun berhenti untuk menanyakan arah menuju ke gn. kencana. Setelah mendapat informasi arah yang harus dilalui, kita pun melanjutkan perjalanan.

Sekitar 15 menit kemudian, kita sampai ke sebuah pertigaan jalan raya, yang ternyata itu adalah jalan raya yang menuju gn. Kencana. Ane sendiri merasa lega, karena telah menemukan kembali peradaban yang sudah lama dinantikan. dan Ane yakin, temen2 ane juga sama perasaannya sama ane.

Waktu sudah menunjukan pukul 12.10, saat kita berhenti disebuah Mushola dipinggir jalan raya untuk menunaikan kewajiban Sholat Dhuhur dan beristirahat untuk sekedar melepas penat.Sekitar pukul 12.30 perjalanan kembali dilanjutkan. Jalur  Gunung kencana - malingping ternyata tidak cukup baik kondisi jalannya, walaupun jalanan lebar, tapi banyak lubang ditengah jalan. Seringkali mobil nginjak lobang, dan ini membuat kita yang sebenarnya ngantuk jadi tidak bisa tidur ( kalo Ane sih curiga ama sopirnya gan...kayaknya sengaja biar penumpangnya gak pada tidur gan...).

Pemandangan kiri-kiri jalan yang di dominasi perkebunan sawit, membuat mata kembali segar, dan yang lebih bikin segar lagi, salah satu temen Ane ( Pakde Yatno ) masih menyimpan rasa penasaran mengenai keberadaan si Penjual Gorengan saat kita nyasar tadi. Alhasil si Penjual Gorengan pun menjadi Hot News obrolan sepanjang perjalanan menuju malingping. Tak jarang kita tertawa karena mendengar spekulasi keberadaan si Penjual Gorengan tadi dari salah satu temen Ane.Yang lainpun termasuk Ane gak mau kalah untuk berspekulasi tentang keberadaan si Penjual Gorengan tsb.Pada akhirnya, keberadaan si Penjual Gorengan itu tetap menjadi misteri bagi kita yang sampai saat ini tidak berhasil ditemukan jawabannya.

salah satu jalur gunung kencana yang kita lalui
Area kebun sawit di sekitar jl. gn. kencana yang akan diganti dengan tanaman baru

 Kembali ke topik, sejenak lupakan tentang keberadaan si Penjual Gorengan.Sekitar satu jam kemudian kita sampai di Malingping. Perjalanan pun dilanjutkan menuju Bayah. Sepanjang perjalanan dari Malingping menuju bayah, mata kita dimanjakan oleh keindahan pantai selatan. Sampai pertigaan terminal Bayah, kita belok kanan menuju Desa Sawarna. View sepanjang perjalanan pun masih sama, yaitu keindahan Pantai Selatan. Rasa kantuk dan lelahpun hilang saat melihat pemandangan yang begitu menakjubkan. Suasana dalam mobil beberapa saat hening, yang terdengar hanya kata2 pujian kepada-Nya yang telah memberikan alam yang begitu indah ini kepada negeri ini.Kita pun semakin tidak sabar ingin cepat sampai di tempat tujuan.

Pohon kelapa disepanjang pantai

Pantai sepanjang perjalanan menuju Sawarna
Pantai sepanjang perjalanan menuju Sawarna
Tepat pukul 15.00, kita tiba di Desa Sawarna, mobil di parkir dihalaman sebuah mini market, yang memang sengaja dijadikan area parkir pengunjung Pantai Sawarna. Dari gerbang kita berjalan kaki melintasi jembatan gantung, setelah membayar tiket masuk, kita menuju Homestay ( yang sudah di pesan 2 hari sebelum keberangkatan via telpon ) yang ada di pemukiman warga. Setelah menyelesaikan administrasi dengan penjaga penginapan, kita istirahat sejenak melepas lelah menyiapkan kembali stamina untuk meng-explor keindahan The Hidden Paradise, pantai Sawarna.

Gerbang Sawarna
Melewati jembatan gantung
Name Homestay kita : Tanjung Layar Resort
Penampakan depan
Ane sama pak Partono istirahat di luar sambil makan siang
Pakde Yatno dan bro Dedy kecapean, ditungguin pak Sukri...
Demikian cerita perjalanan Ane & teman2 menuju Pantai Sawarna, untuk cerita selama di Sawarnanya akan Ane ceritakan di postingan berikutnya. Berhubung ini postingan pertama, sudah tentu banyak kekurangannya, maklum masih belajar, untuk itu Ane mohon pencerahannya dari semua yang membaca postingan ini. Terimakasih.